Malaysia, Kuala Lumpur ICDM 2016 .
(International Conference of Deaf Muslims) pad 27-29/11/2016.
Bismillah, walhamdulillah, wash sholaatu wassalaamu 'ala Rasulillah. Amma ba'du.
Langsung saja ya... Berikut beberapa ringkasan presentasi pada Konferensi Internasional Tuli Muslim hari pertama yang kami hadiri kemarin...
*DR. Farid (ulama Malaysia)*
Sebagai salah satu bentuk kebijaksanaan Allah, adalah Dia menciptakan berbagai macam keadaan makhluknya, termasuk adanya saudara kita yang Tuli. Sebagian orang menganggap ini merupakan suatu kekurangan, padahal Allah Maha Tahu apa hikmah dibalik setiap penciptaan.
Secara tidak langsung, kekurangan Tuli adalah penyelamat besar saat kita bertemu dengan Allah.
Orang normal bisa mendengar. Dia bisa mendengar banyak hal. Apa yg didengar akan mempengaruhi pola pikirnya. Yang didengar positif – jadilah manusia tsb berpikiran positif. Yang didengar negatif, jadilah manusia tsb berpikiran negatif. Tidak bisa mendengar adalah justru menjadi keuntungan tersendiri di zaman modern seperti sekarang ini, dimana banyak informasi yang menyesatkan manusia.
Wahai kaum Tuli. Jangan hanya tertarik dengan bahasa manusia.
Lihatlah bahasa angin yang bertiup.
Lihatlah bahasa air laut yang luas.
Lihatlah bahasa bunga yang berkembang.
Lihatlah awan yang membentang luas.
Inilah bahasa alam... hayati, renungi.
Seringkali bahasa alam itu lebih cantik, lebih bermakna daripada bahasa manusia.
Kelebihan lain bagi kaum Tuli -> nanti di akhirat hisab (perhitungannya akan lebih ringan) dibandingkan orang yang bisa mendengar.
*Usaha Merangkul kaum Tuli di Malaysia:*
- BIM (Bahasa Isyarat Malaysia) sedang diusahakan akan menjadi bagian kurikulum sekolah, mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
- Ada juru bahasa yang duduk di samping khotib untuk menerjemahkan isi khutbah Jum’at kepada kaum Tuli*
*_Catatan_: Boleh atau tidaknya interpreter menerjemahkan isi khutbah Jum’at secara langsung memang masih dibahas oleh para ulama. Namun di konferensi ini, setidaknya yang kami temui, di Malaysia dan Saudi Arabia praktek seperti ini sudah dibolehkan.
*Kounselor Disabilitas PBB, Perwakilan US:*
Orang Tuli harus menerima informasi dengan bahasa yang mudah mereka pahami -> bahasa isyarat. Tidak boleh memaksa kaum Tuli untuk bisa membaca bibir dan melarang mereka berkomunikasi dengan bahasa isyarat, bahasa yang mereka nyaman menggunakannya.
*Bakar Ali*
Tuli asli Somalia, pindah ke US tahun 2009. Awal sekolah di US, dia cuma bisa sedikit berbahasa Inggris. Kenapa belajar jadi mudah? US punya UU dan dasar hukum bahwa orang Tuli juga bisa memperoleh pendidikan yang setara dengan orang normal. Maka sekolah pun menyediakan interpreter untuk dia.
Negara-negara lainnnya ada 161 yang sudah memiliki dasar hukum kesetaraan seperti ini.
Organisasi Tuli harus aktif memperjuangkan akses Islam untuk orang Tuli, aktif menekan pemerintah untuk menyediakan akses tsb.
*Ege Karar (Presiden Asosiasi Tuli Muslim Jerman)*
Membahas peran interpreter profesional. Harus bisa memahami budaya setiap komunitas, sperti misalnya; norma, kepercayaan, Barat, Islam, dll
*Sarah Houge (Interpreter Tuli Resmi dari US)*
Ada Hearing Interpreter, ada Deaf Interpreter... Interpreter yang normal, interpreter yang Tuli, dan keduanya harus memiliki etika dan menjaga kenetralan dalam menerjemahkan ke dalam bahasa isyarat.
------
Alhamdulillah, secara umum acara berlangsung dengan cukup baik, walaupun ada pembicara yang sudah dijadwalkan namun tidak datang.
*Kekurangan:*
Sejauh ini kekurangannya adalah tidak adanya fasilitas interpreter bagi masing-masing negara.
Interpreter yang tampil di depan hanya untuk bahasa isyarat Internasional, Malaysia dan Arab. Sementara untuk masing-masing negara, pada ahkirnya panitia mempersilahkan untuk membuatnya di kumpulan tempat duduk masing-masing peserta negara yang bersangkutan.
Informasi dari pihak panitia, bahwa memang untuk masalah teknis penerjemahan setiap negara belum disiapkan dengan matang dan mereka memohon maaf atas kekurangan ini.
Di samping itu, kami lihat... banyak juga peserta Tuli yang hadir tanpa bersama interpreter mereka, sehingga karena mereka sulit memahami penyampaian dalam bahasa isyarat Internasional, Malaysia dan Arab, pada akhirnya mereka sibuk ngobrol sendiri-sendiri dan kurang mengambil manfaat dari presentasi yang disampaikan.
InsyaAllah pagi ini kami sedang bersiap-siap untuk menghadiri acara konferensi hari terakhir. Acara direncanakan akan berakhir sore nanti...
_Wassalam_
Ustad Farid (indonesia)
Langung dari Kuala Lumpur Malaysia
(International Conference of Deaf Muslims) pad 27-29/11/2016.
Bismillah, walhamdulillah, wash sholaatu wassalaamu 'ala Rasulillah. Amma ba'du.
Langsung saja ya... Berikut beberapa ringkasan presentasi pada Konferensi Internasional Tuli Muslim hari pertama yang kami hadiri kemarin...
*DR. Farid (ulama Malaysia)*
Sebagai salah satu bentuk kebijaksanaan Allah, adalah Dia menciptakan berbagai macam keadaan makhluknya, termasuk adanya saudara kita yang Tuli. Sebagian orang menganggap ini merupakan suatu kekurangan, padahal Allah Maha Tahu apa hikmah dibalik setiap penciptaan.
Secara tidak langsung, kekurangan Tuli adalah penyelamat besar saat kita bertemu dengan Allah.
Orang normal bisa mendengar. Dia bisa mendengar banyak hal. Apa yg didengar akan mempengaruhi pola pikirnya. Yang didengar positif – jadilah manusia tsb berpikiran positif. Yang didengar negatif, jadilah manusia tsb berpikiran negatif. Tidak bisa mendengar adalah justru menjadi keuntungan tersendiri di zaman modern seperti sekarang ini, dimana banyak informasi yang menyesatkan manusia.
Wahai kaum Tuli. Jangan hanya tertarik dengan bahasa manusia.
Lihatlah bahasa angin yang bertiup.
Lihatlah bahasa air laut yang luas.
Lihatlah bahasa bunga yang berkembang.
Lihatlah awan yang membentang luas.
Inilah bahasa alam... hayati, renungi.
Seringkali bahasa alam itu lebih cantik, lebih bermakna daripada bahasa manusia.
Kelebihan lain bagi kaum Tuli -> nanti di akhirat hisab (perhitungannya akan lebih ringan) dibandingkan orang yang bisa mendengar.
*Usaha Merangkul kaum Tuli di Malaysia:*
- BIM (Bahasa Isyarat Malaysia) sedang diusahakan akan menjadi bagian kurikulum sekolah, mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
- Ada juru bahasa yang duduk di samping khotib untuk menerjemahkan isi khutbah Jum’at kepada kaum Tuli*
*_Catatan_: Boleh atau tidaknya interpreter menerjemahkan isi khutbah Jum’at secara langsung memang masih dibahas oleh para ulama. Namun di konferensi ini, setidaknya yang kami temui, di Malaysia dan Saudi Arabia praktek seperti ini sudah dibolehkan.
*Kounselor Disabilitas PBB, Perwakilan US:*
Orang Tuli harus menerima informasi dengan bahasa yang mudah mereka pahami -> bahasa isyarat. Tidak boleh memaksa kaum Tuli untuk bisa membaca bibir dan melarang mereka berkomunikasi dengan bahasa isyarat, bahasa yang mereka nyaman menggunakannya.
*Bakar Ali*
Tuli asli Somalia, pindah ke US tahun 2009. Awal sekolah di US, dia cuma bisa sedikit berbahasa Inggris. Kenapa belajar jadi mudah? US punya UU dan dasar hukum bahwa orang Tuli juga bisa memperoleh pendidikan yang setara dengan orang normal. Maka sekolah pun menyediakan interpreter untuk dia.
Negara-negara lainnnya ada 161 yang sudah memiliki dasar hukum kesetaraan seperti ini.
Organisasi Tuli harus aktif memperjuangkan akses Islam untuk orang Tuli, aktif menekan pemerintah untuk menyediakan akses tsb.
*Ege Karar (Presiden Asosiasi Tuli Muslim Jerman)*
Membahas peran interpreter profesional. Harus bisa memahami budaya setiap komunitas, sperti misalnya; norma, kepercayaan, Barat, Islam, dll
*Sarah Houge (Interpreter Tuli Resmi dari US)*
Ada Hearing Interpreter, ada Deaf Interpreter... Interpreter yang normal, interpreter yang Tuli, dan keduanya harus memiliki etika dan menjaga kenetralan dalam menerjemahkan ke dalam bahasa isyarat.
------
Alhamdulillah, secara umum acara berlangsung dengan cukup baik, walaupun ada pembicara yang sudah dijadwalkan namun tidak datang.
*Kekurangan:*
Sejauh ini kekurangannya adalah tidak adanya fasilitas interpreter bagi masing-masing negara.
Interpreter yang tampil di depan hanya untuk bahasa isyarat Internasional, Malaysia dan Arab. Sementara untuk masing-masing negara, pada ahkirnya panitia mempersilahkan untuk membuatnya di kumpulan tempat duduk masing-masing peserta negara yang bersangkutan.
Informasi dari pihak panitia, bahwa memang untuk masalah teknis penerjemahan setiap negara belum disiapkan dengan matang dan mereka memohon maaf atas kekurangan ini.
Di samping itu, kami lihat... banyak juga peserta Tuli yang hadir tanpa bersama interpreter mereka, sehingga karena mereka sulit memahami penyampaian dalam bahasa isyarat Internasional, Malaysia dan Arab, pada akhirnya mereka sibuk ngobrol sendiri-sendiri dan kurang mengambil manfaat dari presentasi yang disampaikan.
InsyaAllah pagi ini kami sedang bersiap-siap untuk menghadiri acara konferensi hari terakhir. Acara direncanakan akan berakhir sore nanti...
_Wassalam_
Ustad Farid (indonesia)
Langung dari Kuala Lumpur Malaysia